Mempawah - Kasus gagalnya sejumlah siswa dalam mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) menjadi sorotan tajam di kalangan masyarakat. Aktivis pemuda Mempawah, Ramadan Purnama, menilai bahwa kejadian ini mencerminkan perlunya evaluasi mendalam terhadap peran dan tanggung jawab pendidik dalam mendampingi siswa menuju pendidikan tinggi. Selasa, (4/2/25)
Menurutnya, guru sebagai fasilitator akademik tidak hanya bertanggung jawab atas pembelajaran di kelas, tetapi juga harus memastikan setiap siswa memperoleh akses optimal terhadap peluang pendidikan lanjutan. "Jika ada faktor internal sekolah yang menyebabkan siswa gagal mengikuti SNBP, ini menunjukkan kelemahan dalam sistem bimbingan akademik dan administrasi sekolah," ujar Ramadan Purnama.
Ia menambahkan bahwa guru dan pihak sekolah seharusnya proaktif sejak awal dalam mendampingi siswa, memastikan kelengkapan persyaratan, serta memberikan bimbingan yang jelas tentang jalur seleksi yang tersedia. "Pertanyaannya, apakah ada mekanisme kontrol dan supervisi yang cukup? Apakah guru BK dan wali kelas telah menjalankan perannya dengan baik?" tegasnya.
Lebih jauh, Ramadan menyoroti pentingnya profesionalisme guru dalam memahami dan mengawal kebijakan pendidikan. Ia menekankan bahwa pendidik tidak cukup hanya mengajar di kelas, tetapi juga harus memiliki sensitivitas terhadap kebutuhan siswa di luar pembelajaran formal.
"Evaluasi menyeluruh sangat diperlukan. Jika ada kelalaian, maka reformasi kebijakan internal harus segera dilakukan, termasuk pelatihan bagi tenaga pendidik dalam bidang administrasi akademik. Sekolah harus benar-benar menjadi institusi yang memfasilitasi kemajuan siswa, bukan malah menjadi penghambat," pungkasnya.
Kasus ini pun menjadi pelajaran penting bagi dunia pendidikan, bahwa sistem bimbingan akademik di sekolah harus diperkuat agar setiap siswa mendapatkan kesempatan yang adil untuk meraih pendidikan tinggi.
SBN
