masukkan script iklan disini
Kepemimpinan yang Hilang, Amanah yang Terabaikan
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) bukan sekadar organisasi. Ia adalah rumah besar perjuangan, tempat kader belajar arti tanggung jawab, keikhlasan, dan pengabdian. Di dalamnya tertanam semangat keislaman, keindonesiaan, dan keilmuan yang seharusnya menjadi dasar gerak setiap kader, terlebih lagi bagi mereka yang memegang amanah kepemimpinan.
Namun hari ini, kita dihadapkan pada kenyataan pahit.
Kepengurusan HMI Cabang Mempawah yang seharusnya menjadi wadah kaderisasi dan penggerak aktivitas keumatan, justru berjalan tanpa arah yang jelas. Program terhenti, komunikasi terputus, dan koordinasi lumpuh. Semua ini terjadi bukan karena kadernya tak mampu, bukan pula karena tidak ada semangat juang — tetapi karena hilangnya figur pemimpin yang seharusnya menjadi penggerak utama.
Ketua umum, yang di awal kepengurusan disambut dengan penuh harapan dan amanah besar, kini justru memilih diam dan menghilang tanpa kabar. Kepengurusan yang dibangun dengan semangat kebersamaan ditinggalkan begitu saja, tanpa penjelasan, tanpa tanggung jawab, seolah amanah itu tak berarti apa-apa.
Padahal, jabatan dalam HMI bukanlah sekadar simbol atau status di atas kertas. Itu adalah bentuk pengabdian — tempat kita diuji, apakah benar-benar siap menjadi pelayan organisasi atau hanya ingin menjadi pemegang nama.
Banyak kader hari ini mempertanyakan Ke mana arah cabang ini dibawa?
Di mana suara pemimpin yang dulu berjanji akan menghidupkan semangat ke-HMI-an?
Hening yang berkepanjangan ini bukan hanya tanda diam, tapi juga tanda hilangnya arah perjuangan yang semestinya terus menyala.
Kita boleh kecewa, tetapi kita tidak boleh berhenti. Karena HMI bukan milik satu orang. Ia milik seluruh kader yang masih percaya bahwa perjuangan tidak akan pernah mati hanya karena satu sosok menghilang.
Ditinggalkan bukan alasan untuk berhenti berjuang. Justru di sinilah ukuran sejati ke-HMI-an diuji — apakah kita masih mampu berdiri, menjaga bara perjuangan, meski tanpa pemimpin di depan.
Kita belajar bahwa kepemimpinan sejati bukan diukur dari lamanya seseorang menjabat, melainkan dari bagaimana ia menyelesaikan amanahnya dengan tanggung jawab.
Kita belajar bahwa seorang pemimpin sejati bukan yang datang dengan janji besar, tetapi yang bertahan ketika situasi sulit datang menghantam.
Dan kita belajar, bahwa jabatan tanpa kesadaran adalah kehampaan; amanah tanpa tanggung jawab adalah pengkhianatan.
Untuk itu, mari kita jadikan kejadian ini sebagai bahan refleksi bersama.
Agar di masa depan, tidak ada lagi kepengurusan yang berjalan tanpa arah. Tidak ada lagi pemimpin yang menghilang saat kader menunggu arahan.
Karena HMI harus terus hidup, terus berjuang, dan terus melahirkan kader yang memiliki integritas, komitmen, dan kesetiaan terhadap nilai-nilai Islam serta organisasi.
HMI Cabang Mempawah akan tetap berdiri — bukan karena nama besar seseorang, tetapi karena semangat kader yang tak pernah padam.
Mereka yang ditinggalkan akan terus melangkah, sebab sejarah tidak ditulis oleh mereka yang pergi, tetapi oleh mereka yang tetap bertahan dan berjuang hingga akhir.

