masukkan script iklan disini
Pemimpin untuk Rakyat, Bukan Istana.
Sorotan atas Prioritas Kebijakan Publik
Isu mengenai prioritas pembangunan kembali mendapat perhatian publik. Masyarakat menilai bahwa mereka tidak pernah menuntut pembangunan istana megah, dinding marmer, pagar tinggi, ataupun fasilitas eksklusif bagi pejabat. Harapan mereka sederhana: jalan yang layak digunakan, sekolah yang memadai bagi anak-anak, serta layanan kesehatan yang terjangkau dan tidak memaksa warga memilih antara biaya atau keselamatan.
Penilaian terhadap seorang pemimpin, menurut pandangan tersebut, tidak terletak pada kemewahan tempat tinggal atau megahnya bangunan yang berdiri sebagai simbol kekuasaan. Kepemimpinan sejati dinilai hadir melalui kebijakan yang meninggalkan jejak keadilan, akses yang lebih luas, dan solusi nyata bagi masyarakat.
Kritik pun muncul ketika anggaran dianggap lebih mudah dialokasikan untuk kenyamanan pribadi ketimbang kebutuhan publik. Situasi seperti ini dipandang sebagai tanda bergesernya nilai amanah dalam kepemimpinan. Bagi publik, jabatan bukanlah hak istimewa, melainkan tanggung jawab penuh terhadap pengelolaan uang rakyat.
Aktivis muda Mempawah, M. Iqbal, turut menyampaikan pandangannya.
Menurutnya, “Rakyat tidak membutuhkan istana baru. Yang mereka butuhkan adalah pelayanan yang lebih baik dan kebijakan yang benar-benar menyentuh kehidupan sehari-hari. Setiap rupiah anggaran harus kembali kepada masyarakat, bukan kepada kenyamanan pribadi,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sejarah tidak pernah mengukur keberhasilan pemimpin dari kemegahan istana, melainkan dari keberpihakan dan keputusan yang berani menjawab kebutuhan publik. Karena itu, masyarakat merasa berhak untuk bertanya, mengawasi, dan menolak keputusan yang tidak sejalan dengan kepentingan mereka.
Narasi ini menegaskan bahwa uang negara bukanlah milik pribadi atau privilese jabatan, tetapi hasil keringat rakyat yang harus dikelola secara bertanggung jawab. Pemimpin yang melupakan hal ini, dinilai telah mengabaikan satu unsur terpenting dalam menjalankan amanah: hati nurani.

